Friday, October 14, 2011

The Other Girl #1

Every story has an ending.

Saya tahu. Waktu itu saya sadar dia lagi deket sama orang lain. 
Awalnya menghindar.
Tapi semua cewek juga pasti punya radar yang sama. 
Saya tahu.

Puncaknya, waktu ulang tahun sepupu saya yang diadain di villa istana bunga,
saya dan dia dateng barengan. 
Rencananya saya mau nginep hari itu. 

Kejadian itu waktu saya kelas 2 SMA. Oma saya lagi sakit, kanker pankreas. 
Dan waktu itu saya harus bisa juggling antara sekolah, 
ngurus rumah, dan ngurus Oma. 
Sering saya pulang sekolah langsung ke rumah buat beres-beres, 
balik ke rumah sakit, tidur di sana, 
paginya berangkat sekolah lagi dari rumah sakit.
And believe me, it was never easy. 

Tidur di sofa keras yang bahkan kurang panjang untuk kaki saya, 
ditambah sakit punggung karena kayu di sofa itu, sungguh bukan pemandangan menarik. 
Dan hari itu saya capek banget, dan menangis. 

Logikanya harusnya dia nemenin saya, setidaknya. 
Tapi there he was, downstairs, berdua with this other-girl. 
Dan barulah saya tahu mereka memutuskan untuk pulang bareng. Damn. 
'Mentang-mentang gua mau nginep,nih.' Pikir saya.
Akhirnya saya memutuskan pulang, 
dan saking ngambeknya saya duduk di kursi belakang, 
dan nyuruh si other-girl ini duduk di depan. 
Tadinya mereka memang mau pulang berdua kan? 
Kenapa mereka suruh saya duduk di depan (like I used to)
Saya diam sepanjang jalan.

Nggak, mereka emang nggak pernah jadian.
Tapi sepenting apa sih status itu?
Toh, pada akhirnya dia lebih memilih nelpon other-girl. 
Lebih memilih meng SMS dia. 
Lebih memilih jalan bareng dia. 
Ngobrol sama dia. Semuanya sama dia, dan bukan sama saya. 
Buat saya itu sudah cukup.

Luluh lantak sudah hati saya.

 

No comments:

Post a Comment

Creative Commons License
Journey. And Us. is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.