Pernahkah kamu menonton sirkus? Kalau iya, pasti tahu tentang penari tali.
Orang yang berjalan di atas seutas tali dari ketinggian tertentu.
Biasanya dia sambil pegang tongkat panjang yang dipegang secara horisontal
sebagai penyeimbang.
Atau versi lainnya, berjalan di atas sepeda roda satu.
|
syerem yaa.. |
Logikanya, kalau ada orang nonton sirkus, yang jalan di seutas tali pasti dibilang
paling berani,
karena dia dengan nekadnya berjalan di atas tali.
Padahal sebenarnya dia orang yang paling takut.
Saking takutnya dia nggak mau jatuh dari tali itu.
Dua tahun yang lalu, saya adalah orang yang takut banget mengangguk setuju
untuk masuk ke dalam sebuah relationship yang baru.
Karena sebelumnya hati saya patah sepatah-patahnya.
Malam-malam dimana saya sesengukan. Bengong. Dada saya sesak.
Lalu mau ngapa-ngapain jadi nggak enak.
Saya belum sanggup mengalami itu lagi.
Saya belum sanggup berjalan di atas tali.
Saya bukan penari tali. Saya takut.
Lalu setahun setelahnya, saya dihadapkan pada pertanyaan itu.
Lalu saya mengangguk.
Berkata 'Mau'. Bukan berarti luka saya pada saat itu sudah sembuh total.
Bukan saya sudah berlatih sehingga saya berani berjalan di atas tali.
Bukan karena saya tiba-tiba bertransformasi jadi penari tali, tapi karena saya takut.
Takut tidak menghabiskan waktu bersama dia lagi.
Takut hari-hari ketawa tiap baca SMSnya tidak ada lagi.
Takut,dia akan hilang dari samping saya. Dan takut--saya akan kehilangan dia.
Dan saking takutnya, sampai hari ini saya berusaha belajar 'mengerti',
belajar 'menerima', belajar 'mendengarkan', belajar 'mendampingi'.
Saya bukan penari tali, tapi sekarang saya belajar untuk berjalan di atas tali itu.
Pelajaran ini nggak bakal selesai, saya nggak akan pernah dapet nilai A, apalagi lulus.
Tapi semuanya itu worth it, karena kali ini saya nggak akan membiarkan diri saya jatuh,
setidaknya tanpa usaha untuk terus berjalan di atas tali itu.
Dan itu semua bukan karena saya berani.
No comments:
Post a Comment