Wednesday, March 02, 2011

Untuk Seseorang di Esok Hari (nulisbuku.com project)

Hai. Kamu tahu? Sejak usia tujuh tahun aku sudah membayangkan hari pernikahanku. Ya, layaknya khayalan anak perempuan lainnya. Bertemu pangeran tampan, menikah lalu hidup bahagia selamanya.
kiss me, please do.

Lalu beranjak dewasa, di usia dua puluh satu, hidup bahagia ternyata bukan seperti itu. Hidup bahagia bukan bertemu pangeran tampan. Hidup bahagia adalah ketika saya bangun pagi dan mendapati kamu yang ada di samping saya. Ketika kamu membuat saya mengomel karena kamu meletakkan cucian tidak pada tempatnya. Ketika kamu tertawa saat melihat masakan saya gosong. Ketika kita punya pilihan lain, namun memutuskan untuk tetap berdua.

Bukan sekedar rajutan dongeng. Hidup bahagia adalah sesuatu yang kita jalani.

Dan saya mau, setelah sepuluh, dua puluh, bahkan berpuluh-puluh tahun lagi, kamu masih tetap memanggil saya 'Sayang'. Kamu masih memberikan kejutan di hari ulang tahun saya. Saya masih setia mendampingimu dalam pekerjaanmu. Saya masih mengomel kalau kamu tidur larut. Dan kita masih menjalani semuanya itu bersama.

Hei, terima kasih ya, sudah mendonorkan tulang rusukmu. Kini ia sudah kembali ke pelukan pemiliknya. Rasanya tak sabar menuliskan nama keluargamu di belakang namaku. Walau aku belum tahu siapa namamu.

Mungkin saja kamu orang yang bertemu denganku waktu usiaku sembilan belas tahun.

Mungkin kamu masih di luar sana, bertanya-tanya gadis mana yang tepat untukmu.

Mungkin kamu orang yang selama ini ada di samping saya. Tanpa saya dan kamu sadari bahwa semesta sudah berkonspirasi untuk mempertemukan kita.

Mungkin saja kamu adalah orang yang sedang membaca tulisan ini. Ya, kamu.

Dan semoga suatu hari nanti kamu menyadari bahwa saya mungkin saja orang yang tepat itu.

Salam sayang,
calon isterimu.

No comments:

Post a Comment

Creative Commons License
Journey. And Us. is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.