Jangan menggelengkan kepala. Aku mengenalmu sejak kamu masih dua belas tahun, duduk di kelas enam SD. Aku mengamati setiap perubahanmu. Tempat dimana kamu selalu jujur hanyalah di balik pintu kamarmu.
Berkali-kali aku mendapati kamu menangis sambil bertelut di samping tempat tidurmu. Doa. Itukah caramu bercerita? Apa yang kamu khawatirkan? Sini, peluk aku. Aku juga ingin jadi temanmu bicara.
Terkadang kamu berdoa sambil menggelengkan kepalamu berkali-kali. Aku pernah mendengarmu berbisik, "Tuhan, aku nggak kuat lagi." Kamu tahu? Mendengarnya saja sudah membuatku meringis. Namun biasanya setelah itu kamu akan tertidur nyenyak. Aku lebih senang melihatmu menangis. Jangan salah paham dulu, Bella. Karena terkadang kamu tidak menangis. Tapi kamu hanya diam. Lalu menghela napas panjang. Melewatkan jam tidurmu. Hei. Aku lebih khawatir ketika kamu bersikap seperti itu.
Tak ada alasan, apalagi logika. Iman dan perasaan adalah dua hal yang tak bisa kita tanyakan mengapa. Dan doa adalah kotak pos dari semua perasaan itu. Menulis lewat bisikan dalam lirihnya doa. Lalu memasukkannya dalam amplop bernama lipatan tangan. Memakai perangko kata 'Amin.' Dan nama Tuhan sebagai tukang pos ke surga.
Hei. Aku tahu kamu rindu. Rindu pada seseorang yang sudah ada di surga sana. Aku tahu kamu khawatir. Pada rasa sakit bertubi-tubi di hatimu. Khawatir akan ada saatnya kamu harus belajar untuk berkata "Nggak bangun lagi pun nggak apa-apa." Aku tahu kamu kecewa. Bahwa hidup ternyata membawa beban sebesar itu. Dan aku tahu kamu butuh. Butuh seseorang untuk bilang "Nggak apa-apa Bella, kita akan ngelewatin semuanya ini sama-sama." tapi itu hanya ada di khayalmu saja.
Kamu tahu? Mungkin Tuhan sedang melihat batas antara penerimaan dan kesetiaanmu.
Penerimaan bahwa walaupun matamu tertutup,akan ada yang menuntun kamu berjalan. Kesetiaan menunggu, walau suratmu tak kamu rasa ada balasnya.
Mungkin saja, orang yang akan menuntun kamu sebenarnya sudah ada di sampingmu.
Dan mungkin saja, balasan suratmu itu aku.
Bella Notte |
Selamat tidur Bella. Sini, peluk aku.
No comments:
Post a Comment