Kirana-ku,
Besok,lusa, minggu depan, tahun depan, nggak ada jaminan bahwa seseorang bisa hidup di dunia ini. Semua makhluk menjadi tua. Di saat ia membuka mata di pagi hari, saat itulah ia sadar bahwa usianya semakin singkat.
Manusia memang harus kehilangan sebelum menyadari bahwa yang terbaik yang mereka punya ada di depan sampingnya.
Sekarang ijikan aku mendampingimu. Meskipun kamu hanya menijinkan kita bertemu lewat surat-surat ini.
Nggak ada jaminan kita masih bisa melihat dunia ini besok. Karena itulah, waktu-waktu berharga yang kita miliki seperti sekarang ini, adalah hal yang tak ternilai harganya.
Toh, kamu sudah menerima janji itu bukan? Di saat aku bertanya, "Kamu bersedia menikah sama aku? Hidup bersama, dan ngelewatin semua sama aku kan?" kamu sudah terikat kontrak seumur hidup,Kirana. Maaf, kamu sudah terjebak.
Satu lagi, ini memang bukan tentang kamu. Karena kamu tidak pergi, Kirana.
Salam sayang,
Mantan suamimu.
Thursday, February 10, 2011
Tentang Siapa yang Datang dan Tak Pernah Pergi #9
Sayang,
Kalau waktu ini sudah hampir habis apa yang akan kita lakukan? Akankah kita berusaha meminta maaf pada setiap orang yang pernah kita buat sakit hatinya? Ataukah kita akan melakukan segala hal yang belum sempat kita lakukan?
Kali ini giliran saya yang buat pengkuan.
Sayang,
Kanker pankreas ini sudah menjalar sampai ke hepar. Kalau kamu bisa bayangkan sakitnya, bayangkanlah. Rasanya raga ini telah lelah. Ada saatnya manusia harus berhenti berusaha dan pasrah pada kehendakNya. Itu kata dokter, bukan aku.
Apakah ini saatnya bagiku?
Aku tak ingin bertemu denganmu dalam keadaan seperti ini. nanti aku malah menyalahkan Tuhan. Karena jika ini tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi, maka ini jelas bukan tentang saya. Karena saya akan pergi.
Dan selagi masih sempat, aku ingin menyampaikan ini:
Saya cinta sama kamu. Sejak hari pertama kita bertemu, hingga hari ini. Rasa itu nggak pernah hilang.
Saya nggak pernah sukses membenci kamu.
Oh, by the way, aku sudah berani ke toilet sendiri kalau malam hari.
Salam sayang,
Mantan Isterimu.
Kalau waktu ini sudah hampir habis apa yang akan kita lakukan? Akankah kita berusaha meminta maaf pada setiap orang yang pernah kita buat sakit hatinya? Ataukah kita akan melakukan segala hal yang belum sempat kita lakukan?
Kali ini giliran saya yang buat pengkuan.
Sayang,
Kanker pankreas ini sudah menjalar sampai ke hepar. Kalau kamu bisa bayangkan sakitnya, bayangkanlah. Rasanya raga ini telah lelah. Ada saatnya manusia harus berhenti berusaha dan pasrah pada kehendakNya. Itu kata dokter, bukan aku.
Apakah ini saatnya bagiku?
Aku tak ingin bertemu denganmu dalam keadaan seperti ini. nanti aku malah menyalahkan Tuhan. Karena jika ini tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi, maka ini jelas bukan tentang saya. Karena saya akan pergi.
Dan selagi masih sempat, aku ingin menyampaikan ini:
Saya cinta sama kamu. Sejak hari pertama kita bertemu, hingga hari ini. Rasa itu nggak pernah hilang.
Saya nggak pernah sukses membenci kamu.
Oh, by the way, aku sudah berani ke toilet sendiri kalau malam hari.
Salam sayang,
Mantan Isterimu.
Tentang Siapa yang Datang dan Tak Pernah Pergi #8
Kirana,
Kata siapa pria tak menangis? Satu bulan sejak kepergianmu, aku sering menangis. Kamu tidak membawa baju-baju yang belum sempat kamu cuci, bukan? Aku tak mencucinya. Aku jadikan pengganti sarung bantal agar wangimu tercium.
Aku kacau tanpa kamu, Kirana.
Kamu selalu bawel mengingatkanku makan tepat waktu. Aku sering lupa ulang tahun ibuku sendiri, tapi kamu selalu jadi orang pertama yang menelepon beliau setiap tanggal 3 Maret. Aku suka caramu membangunkanku di pagi hari. Kamu akan melompat dan memelukku sambil bermanja-manja. Lalu aku akan mencubit hidungmu dan berkata, "Isteri siapa sih, manja banget."
Sekarang aku sering melewatkan jam makan. Ibu sering bilang kangen kamu. Dan aku sering terlambat. Pakaianku hanya bersih saat akhir minggu. Dan aku rindu suara manjamu.
Aku kacau tanpa kamu, Kirana.
Kamu tahu? Kamu sudah memutar duniaku.
Artinya, aku tak pernah benar-benar tahu bagaimana hidup tanpa adanya kamu.
Aku sayang kamu Kirana, dari hari pertama kita jalan bersama, sampai hari ini.
Mantan suamimu.
Kata siapa pria tak menangis? Satu bulan sejak kepergianmu, aku sering menangis. Kamu tidak membawa baju-baju yang belum sempat kamu cuci, bukan? Aku tak mencucinya. Aku jadikan pengganti sarung bantal agar wangimu tercium.
Aku kacau tanpa kamu, Kirana.
Kamu selalu bawel mengingatkanku makan tepat waktu. Aku sering lupa ulang tahun ibuku sendiri, tapi kamu selalu jadi orang pertama yang menelepon beliau setiap tanggal 3 Maret. Aku suka caramu membangunkanku di pagi hari. Kamu akan melompat dan memelukku sambil bermanja-manja. Lalu aku akan mencubit hidungmu dan berkata, "Isteri siapa sih, manja banget."
Sekarang aku sering melewatkan jam makan. Ibu sering bilang kangen kamu. Dan aku sering terlambat. Pakaianku hanya bersih saat akhir minggu. Dan aku rindu suara manjamu.
Aku kacau tanpa kamu, Kirana.
Kamu tahu? Kamu sudah memutar duniaku.
Artinya, aku tak pernah benar-benar tahu bagaimana hidup tanpa adanya kamu.
Aku sayang kamu Kirana, dari hari pertama kita jalan bersama, sampai hari ini.
Mantan suamimu.
Monday, February 07, 2011
Tentang Siapa yang Datang dan Tak Pernah Pergi #7
Sayang,
Kamu ingat saat kita pertama kali jalan berdua? Hatiku nggak karuan tiap kali mendengar deru motor di depan rumah, bertanya-tanya apa itu kamu atau bukan. Apakah kamu akan menganggapku manis dengan kaus lusuh dan sepatu kanvas yang aku pakai dari SMA. Apa aku boleh berharap kamu akan mengajakku keluar lagi? Atau haruskah aku mengecup pipimu saat kamu mengantarku pulang? Dan setelah kamu datang, semua rencana itu lenyap.
Aku menikmati caramu bercerita. Menikmati cara kamu tertawa. Membiarkan kamu menatapku sampai aku jengah. Membiarkan wangimu menempel di jaketku.
Katanya, cara paling mudah untuk tahu apakah kita jatuh cinta atau tidak pada seseorang, cobalah untuk menghabiskan waktu bersamanya. Apabila kamu tidak menyadari berapa banyak waktu dan betapa cepatnya waktu berlalu, maka sudah pasti, kamu cinta padanya. Berapa jam yang kita habiskan waktu itu? Rasanya cepat sekali, Sayang.
Hari itu, aku sadar, aku jatuh cinta padamu.
Dan hanya ada dua waktu dimana aku ingin habiskan bersamamu.
Sekarang. Dan selamanya.
Salam sayang,
Mantan isterimu.
Kamu ingat saat kita pertama kali jalan berdua? Hatiku nggak karuan tiap kali mendengar deru motor di depan rumah, bertanya-tanya apa itu kamu atau bukan. Apakah kamu akan menganggapku manis dengan kaus lusuh dan sepatu kanvas yang aku pakai dari SMA. Apa aku boleh berharap kamu akan mengajakku keluar lagi? Atau haruskah aku mengecup pipimu saat kamu mengantarku pulang? Dan setelah kamu datang, semua rencana itu lenyap.
Aku menikmati caramu bercerita. Menikmati cara kamu tertawa. Membiarkan kamu menatapku sampai aku jengah. Membiarkan wangimu menempel di jaketku.
Katanya, cara paling mudah untuk tahu apakah kita jatuh cinta atau tidak pada seseorang, cobalah untuk menghabiskan waktu bersamanya. Apabila kamu tidak menyadari berapa banyak waktu dan betapa cepatnya waktu berlalu, maka sudah pasti, kamu cinta padanya. Berapa jam yang kita habiskan waktu itu? Rasanya cepat sekali, Sayang.
Hari itu, aku sadar, aku jatuh cinta padamu.
Dan hanya ada dua waktu dimana aku ingin habiskan bersamamu.
Sekarang. Dan selamanya.
Salam sayang,
Mantan isterimu.
Tentang Siapa yang Datang dan Tak Pernah Pergi #6
Kirana,
Aku punya pengakuan. Aku memang jatuh cinta selain pada dirimu. Kamu sangat posesif dan pencemburu, Kirana, itu sebabnya aku tak berani membahasnya di depanmu, bahkan hingga hari ini,sebenarnya. Mungkin aku masih berharap kamu akan cemburu. Artinya kamu masih menginginkan aku bukan?
Lama kelamaan, ada rasa lain yang tidak bisa aku jelaskan. Rasa yang berbeda dengan apa yang aku rasakan padamu. Maafkan aku, jika waktu dan seluruh ceritaku kubagi bersama dia, pekerjaanku.
Terkadang aku berpikir akan lebih mudah jika kita sudah mempunyai anak. Lalu aku tertawa saat memikirkannya. Bagaimana kita mau punya anak, saat aku pulang kamu sudah tidur. Saat kamu bangun aku masih terlelap. Kita hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal yang kebetulan tinggal seatap.
Tapi sungguh, setelah kita berpisah, barulah aku benar-benar menyesal. Tak ada satu orang pun seperti kamu, Kirana. Itu saja pengakuanku hari ini.
Maafkan aku, Sayang.
Mantan suamimu.
Aku punya pengakuan. Aku memang jatuh cinta selain pada dirimu. Kamu sangat posesif dan pencemburu, Kirana, itu sebabnya aku tak berani membahasnya di depanmu, bahkan hingga hari ini,sebenarnya. Mungkin aku masih berharap kamu akan cemburu. Artinya kamu masih menginginkan aku bukan?
Lama kelamaan, ada rasa lain yang tidak bisa aku jelaskan. Rasa yang berbeda dengan apa yang aku rasakan padamu. Maafkan aku, jika waktu dan seluruh ceritaku kubagi bersama dia, pekerjaanku.
Terkadang aku berpikir akan lebih mudah jika kita sudah mempunyai anak. Lalu aku tertawa saat memikirkannya. Bagaimana kita mau punya anak, saat aku pulang kamu sudah tidur. Saat kamu bangun aku masih terlelap. Kita hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal yang kebetulan tinggal seatap.
Tapi sungguh, setelah kita berpisah, barulah aku benar-benar menyesal. Tak ada satu orang pun seperti kamu, Kirana. Itu saja pengakuanku hari ini.
Maafkan aku, Sayang.
Mantan suamimu.
Sunday, February 06, 2011
Tentang Siapa yang Datang dan Tak Pernah Pergi #5
Sayang,
Ketika pasangan menjauh, seharusnya pasangannya mengalah, menariknya lebih dekat, atau mengejarnya. Tapi aku nggak bisa mengejar kamu, kamu terlalu jauh di atas sana dan kakiku tak bisa mencapaimu. Aku hanya mengulurkan tangan berharap kamu mau menarikku. Tapi kamu berkata, "Kita saling teriak saja, aku bisa mendengarmu."
Sayang, ada saatnya aku lelah berteriak. Dan ada saatnya kamu menolak menoleh ke bawah. Ketika kita berhenti berusaha, itulah saatnya kita saling tahu, kalau kita sudah menyerah.
Ternyata kita berbohong di altar. Ternyata susah dan senang itu sekedar kata. Sehat dan sakit itu cuma sekedar janji. Sekedar liturgi agar kita bisa menyelesaikan hari itu. Ternyata saat di altar, saat kita sedang bertemu denganNya pun, kita masih berani berdusta.
Tahukah kamu doaku pada Tuhan waktu itu?
"Tuhan, jika Engkau ingin mengambil, ambillah tapi ijinkan air mata ini kering barang sehari saja."
Tuhan sedang curang. Karena air mata ini tidak pernah kering. Barang seharipun. Apa ada yang salah dengan doaku?
Salam sayang,
Mantan isterimu.
Ketika pasangan menjauh, seharusnya pasangannya mengalah, menariknya lebih dekat, atau mengejarnya. Tapi aku nggak bisa mengejar kamu, kamu terlalu jauh di atas sana dan kakiku tak bisa mencapaimu. Aku hanya mengulurkan tangan berharap kamu mau menarikku. Tapi kamu berkata, "Kita saling teriak saja, aku bisa mendengarmu."
Sayang, ada saatnya aku lelah berteriak. Dan ada saatnya kamu menolak menoleh ke bawah. Ketika kita berhenti berusaha, itulah saatnya kita saling tahu, kalau kita sudah menyerah.
Ternyata kita berbohong di altar. Ternyata susah dan senang itu sekedar kata. Sehat dan sakit itu cuma sekedar janji. Sekedar liturgi agar kita bisa menyelesaikan hari itu. Ternyata saat di altar, saat kita sedang bertemu denganNya pun, kita masih berani berdusta.
Tahukah kamu doaku pada Tuhan waktu itu?
"Tuhan, jika Engkau ingin mengambil, ambillah tapi ijinkan air mata ini kering barang sehari saja."
Tuhan sedang curang. Karena air mata ini tidak pernah kering. Barang seharipun. Apa ada yang salah dengan doaku?
Salam sayang,
Mantan isterimu.
Tuesday, February 01, 2011
Tentang Siapa yang Datang dan Tak Pernah Pergi #4
Kirana,
Aku senang kamu menggunakan kata 'aku'. Sebelumnya kamu menggunakan kata 'saya'. Kata yang hanya kamu gunakan saat kamu marah atau kamu sedang serius. Aku tak tahu kamu sedang marah atau serius dalam suratmu sebelumnya. Namun yang pasti, kata 'aku' terdengar lebih akrab di telingaku.
Kirana, kamu ingat saat pertama kali aku melamarmu?
Aku yang lusuh berantakan ini, dengan jeans seadanya datang ke pintu rumahmu dalam keadaan basah sehabis kehujanan. Aku bertanya-tanya mengapa Bandung di bulan Mei masih turun hujan sederas itu?
Kamu mengelap wajahku, lalu menyuruhku ganti baju dengan kaus kebesaran yang sering kamu pakai tidur. Dan entahlah, Kirana, kalimat itu mengucur begitu saja dari mulutku, tanpa bisa aku cegah.
"Kamu bersedia menikah sama aku? Hidup bersama, dan ngelewatin semua sama aku kan?"
Aku kira kamu akan terkejut. Terdiam. Bertanya apa aku serius. Atau mungkin menertawakan ide bodoh dan gila itu. Lalu berkata bahwa kamu akan memikirkannya dulu. Aku belum bekerja, bukan?
Tapi kamu langsung memeluk leherku sambil berkata 'Mau' berulang-ulang kali.
Kirana, langit saat mendung tak pernah terlihat seindah itu.
Salam,
mantan suamimu.
Aku senang kamu menggunakan kata 'aku'. Sebelumnya kamu menggunakan kata 'saya'. Kata yang hanya kamu gunakan saat kamu marah atau kamu sedang serius. Aku tak tahu kamu sedang marah atau serius dalam suratmu sebelumnya. Namun yang pasti, kata 'aku' terdengar lebih akrab di telingaku.
Kirana, kamu ingat saat pertama kali aku melamarmu?
Aku yang lusuh berantakan ini, dengan jeans seadanya datang ke pintu rumahmu dalam keadaan basah sehabis kehujanan. Aku bertanya-tanya mengapa Bandung di bulan Mei masih turun hujan sederas itu?
Kamu mengelap wajahku, lalu menyuruhku ganti baju dengan kaus kebesaran yang sering kamu pakai tidur. Dan entahlah, Kirana, kalimat itu mengucur begitu saja dari mulutku, tanpa bisa aku cegah.
"Kamu bersedia menikah sama aku? Hidup bersama, dan ngelewatin semua sama aku kan?"
Aku kira kamu akan terkejut. Terdiam. Bertanya apa aku serius. Atau mungkin menertawakan ide bodoh dan gila itu. Lalu berkata bahwa kamu akan memikirkannya dulu. Aku belum bekerja, bukan?
Tapi kamu langsung memeluk leherku sambil berkata 'Mau' berulang-ulang kali.
Kirana, langit saat mendung tak pernah terlihat seindah itu.
Salam,
mantan suamimu.
Subscribe to:
Posts (Atom)