Kirana,
Aku senang kamu menggunakan kata 'aku'. Sebelumnya kamu menggunakan kata 'saya'. Kata yang hanya kamu gunakan saat kamu marah atau kamu sedang serius. Aku tak tahu kamu sedang marah atau serius dalam suratmu sebelumnya. Namun yang pasti, kata 'aku' terdengar lebih akrab di telingaku.
Kirana, kamu ingat saat pertama kali aku melamarmu?
Aku yang lusuh berantakan ini, dengan jeans seadanya datang ke pintu rumahmu dalam keadaan basah sehabis kehujanan. Aku bertanya-tanya mengapa Bandung di bulan Mei masih turun hujan sederas itu?
Kamu mengelap wajahku, lalu menyuruhku ganti baju dengan kaus kebesaran yang sering kamu pakai tidur. Dan entahlah, Kirana, kalimat itu mengucur begitu saja dari mulutku, tanpa bisa aku cegah.
"Kamu bersedia menikah sama aku? Hidup bersama, dan ngelewatin semua sama aku kan?"
Aku kira kamu akan terkejut. Terdiam. Bertanya apa aku serius. Atau mungkin menertawakan ide bodoh dan gila itu. Lalu berkata bahwa kamu akan memikirkannya dulu. Aku belum bekerja, bukan?
Tapi kamu langsung memeluk leherku sambil berkata 'Mau' berulang-ulang kali.
Kirana, langit saat mendung tak pernah terlihat seindah itu.
Salam,
mantan suamimu.
No comments:
Post a Comment