Tuhan,
Surat cinta ini untuk Kirana. Perempuan penting yang Engkau taruh di sisiku.
Saya sering mengeluh soal sifatnya yang posesif dan pencemburu. Atau pekerjaan kami yang sangat bertolak belakang. Atau fakta kalau Kirana tidak bisa memasak.
Tapi saya lupa mengartikan cemburu dan posesifnya sebagai tanda sayang, tanda perhatiannya pada saya. Saya lupa kalau saja dia bukan seorang perawat, apa nasib saya kalau saya sakit? Dan memangnya kenapa kalau dia tak bisa memasak? Harusnya saya cari koki, bukan cari calon isteri.
Dan saya terlambat menyadari itu semua.
Hari ini, besok, lusa, tahun depan, saya akan terus menganggap dia hidup. Andaikan waktu dapat diputar jarumnya ke kiri, dan waktu esok menjadi hilang, dan Kirana-ku akan terus ada.
Jika ini tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi, maka ini memang bukan cerita tentang kami. Bukan tentang saya, bukan tentang Kirana.
Jika ia sudah tiba di sisi-Mu, katakan padanya saya juga tak pernah melepas cincin pernikahan kami sejak dia pasangkan di jari saya. Sampai hari ini.
Karena ini tentang cinta. Karena cinta itu, Kirana.
Sampai kita berjumpa lagi, Kirana-ku sayang.
No comments:
Post a Comment